Jangan Berhenti Bercinta
Jangan berhenti bercinta seperti anda tak mau berhenti bernafas
Cinta adalah nafas hati dan kembang mekarnya paru-paru jiwa kita. Awas jangan hirup udara cemar.
Cinta bukan kemewahan, cinta ada kebutuhan dasar. Seperti nasi, air dan apapun jenis makanan yang sehat dan bermanfaat.
Cinta/bercinta bukan otoritas, bukan status, melainkan fungsi. Hati yang tidak mencintai, tidak bisa dan atau tidak mau mencinta adalah hati yang macet.
Cinta adalah kebijaksanaan hati. Kebencian adalah bayang-bayang gelap cinta. Demikian juga balas dendam, fitnah dan penghinaan yang tak kunjung henti. Adalah ketololan hati bukan kebijaksanaannya.
Semakin lama berlangsung ketololan hati, semakin lama/parah keadaan cinta yang dari koderatnya adalah sinar dan cahaya. Terjadilah sekian lama “gerhana” cinta. Terlambat oleh sekian tebal kebodohan itu.
Cinta bukanlah rasionalisasi. Cinta adalah inspirasi dan misteri.
Cinta yang berdasarkan perhitungan/kalkulasi saja adalah sebuah “penampakan” saja, “bukan kenyataan”. Seperti sebuah bunga yang “nampak terpantul” dalam air yang bening, tepat seperti bunga, tetapi dalam kenyataanya bukan.
Cinta kita terhadap seseorang tak dapat dijelaskan secara tuntas. Mengenai “mengapa”nya dan “bagaimana”nya adalah termasuk dalam misteri hati.
Kehilangan seorang kekasih, merupakan peristiwa duka yang dalam. Karena tak tergantikan. Juga sangat melukai batin. Orang lain akan masuk juga di hati kita, tetapi hanya sampai ke kedalaman tertentu. Tak sampai di teras terdalam hati, di mana kekasih yang telah pergi pernah tinggal.
Ada kalanya ternyata yang mirip bahkan lebih, bila pendatang baru di hati anda masuk sangat dalam di hati anda. Toh kekasih baru ini akan tempati yang tak sama di lubuk hati anda.
Kemanusiaan yang berbudaya ditembusi dengan realitas cinta kasih bersama, personal, natural dan sejati.
Cinta kasih antara suku, bangsa dan agama terpantul dengan nama dan realitas damai, keadilan, saling menghargai, saling menepati janji.
Pada teras/level yang lebih tinggi, kasih antara agama/kepercayaan menyadang nama dan realitas kerukunan, tolerasi, kerja sama, saling pengeritaan ( juga dalam hal/ajaran yang lebih dalam ), serta saling menghormati keunikan masing-masing
“Saling mengasihi” enak didengar telinga, manis dipandang mata, nikmat di rasa hati. Dalam praktek nyata: ‘perjuangan yang kadang gigih diminta/diharapkan”.
Mengasihi secara tulus dan murni adalah kegiatan trans manusiawi. Berarti melupakan kepentingan diri.
Diperlukan perjuangan antara egosentrisme, keretakan motivasi dan tuntutan ilahi yang berpesan agar cinta kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu/iri. Tidak memegahkan diri, tidak sombong. Pun pula tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Masih juga: secara sopan.
Ajakan “Jangan Berhenti Bercinta” berarti juga jangan berhenti berjuang, kalau memang kita tertarik akan keindahan, kebahagiaan dan manfaatnya yang universal dan abadi.
Bercinta tanpa henti-hentinya berarti juga berbahagia secara berkesinambungan senantiasa.
Bercinta dalam kadar tinggi dan pada teras yang kian meningkat adalah tantangan, tetapi yang bersifat manis. Dalam cinta yang demikian, derita pun mengandung kemanisan hikmat dan kesejukan rahmat.
Tinggalkan komentar